PENGARUH
PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU ANAK
Kecanduan pornografi mengakibatkan otak bagian tengah depan
yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil. Penyusutan
jaringan otak yang memproduksi dopamine–bahan kimia pemicu rasa senang– itu
menyebabkan kekacauan kerja neurotransmiter yakni zat kimia otak yang berfungsi
sebagai pengirim pesan. Dalam hal ini, pornografi menimbulkan perubahan konstan
pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Sehingga secara berantai
dapat mengakibatkan antara lain:
ü Orang yang sudah kecanduan tidak
bisa lagi mengontrol perilakunya, berkurangnya rasa tanggung jawab bahkan akan
mengalami gangguan memori. Kondisi tersebut terjadi melalui beberapa tahap
yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif, ekskalasi kecanduan,
desensitifisasi dan akhirnya penurunan perilaku.
ü Ketidakmampuan mengontrol batasan
perilaku tersebut menimbulkan kecenderungan lebih besar untuk depresi.
ü Saat dewasa anak-anak yang biasa
menyaksikan pornografi hanya memandang wanita sebagai objek seksual saja
ü Bila kondisi sosialnya kurang
harmonis bisa melakukan kekerasan seksual dan phedophilia.
Hal ini dikemukakan oleh Donald L. Hilton Jr, MD, ahli bedah
syaraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat dan juga oleh Dr Adre
Mayza Sp.S(K) dan Ibu Elly Risman (Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati)
dan beberapa ahli lainnya. Secara rinci, pornografi dapat mengakibatkan
perilaku negatif anak seperti berikut ini :
Mendorong
anak untuk meniru melakukan tindakan seksual
Anak usia dini adalah peniru ulung, apa yang dilihat dan
didengarnya dari orang dewasa dan lingkungannya akan ditiru. Kemampuan anak
menyaring informasi sangatlah rendah, belum mampu membedakan yang baik dan
buruk. Bagi mereka orang dewasa adalah model atau sumber yang paling baik dan
nyata untuk ditiru. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap anak juga
menyatakan bahwa aktifitas seksual pada anak yang belum dewasa selalu dipicu
oleh 2 (dua) kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. Bisa dibayangkan kalau
yang sering mereka lihat adalah materi pornografi atau aktivitas porno baik
dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya. Maka mereka akan terdorong
untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap anak lain ataupun siapapun obyek
yang bisa mereka jangkau. Sesungguhnya dari proses inilah bermula, sehingga
terjadi banyak kasus kekerasan seksual yang dilakukan anak terhadap anak lain.
Membentuk
sikap, nilai dan perilaku yang negatif
Anak-anak yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang
menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikan
seksnya. Hal itu secara dramatis dapat diketahui dari cara mereka memandang
wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada umumnya. Mereka akan
berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara seksual, memandang
seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif terhadap perkosaan,
bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual.
Menyebabkan
sulit konsentrasi hingga terganggu jati dirinya
Pada anak-anak yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa
mengakibatkan mereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan
beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali
produktivitasnya. Sedangkan anak-anak yang ber-IQ rendah, pengaruhnya bisa
lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi,
hari-harinya total dikuasai kegelisahan, dan orang-orang di sekitarnya akan
menghakimi dia sebagai ‘sang pemalas’.
Tertutup,
minder dan tidak percaya diri
Anak pelanggan pornografi yang mendapat dukungan
teman-temannya sesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang
permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktek
seks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan anak pelanggan pornografi yang
dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi, akan
cenderung merasa minder dan tidak percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar