BATIK
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara
khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya
diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai
keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Etimologi
Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa:
"amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang
bermakna "titik".
Sejarah teknik batik
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca yang
berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan
sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan
menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno.
Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah
dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907)
serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku
Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan
menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru
dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun
1920-an.
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa,
kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat
bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog
Belanda) dan F.A.
Sutjipto (sejarawan
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut
bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi
kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing
sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia
menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat
canting, sehingga ia
berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran
kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi
kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan
pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik
tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat
pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah
dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar
ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah
dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi
perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam
dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat
sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu
ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali
diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817)
tulisan Sir Thomas
Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat
berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan
seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang
memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik
cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik
tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat
yang sama imigran dari Indonesia ke Wilayah
Persekutuan Malaysia juga membawa Batik bersama mereka.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan
sudah ke manca negara. Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh
dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan
Kalimantan, dan Batik Minahasa.
Budaya batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap"
yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa
pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana
di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang
turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai
oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa )
yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada
dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi
PBB.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai
pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas,
dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga
pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix.
Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah
corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga
benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga
warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan
coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya
masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang
terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti
sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar,
sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis
dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda.
Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau
gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik
dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Jenis batik
1.
Menurut teknik
·
Batik tulis adalah kain
yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik
jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
·
Batik cap adalah kain yang dihias dengan
teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu
kurang lebih 2-3 hari.
Menurut asal pembuatan
Sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya
daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai
motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan
motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan
tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut
agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang
di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.
Berdasarkan daerah asal
- Batik Bali
- Batik Banyumas
- Batik Besurek
- Batik Madura
- Batik Malang
- Batik Pekalongan
- Batik Solo
- Batik Yogyakarta
- Batik Tasik
- Batik Aceh
- Batik Cirebon
- Batik Jombang
- Batik Banten
- Batik Tulungagung
- Batik Kediri
- Batik Kudus
- Batik Jepara / Batik Kartini
- Batik Brebes
- Batik Minangkabau
- Batik Minahasa
- Batik Belanda
- Batik Jepang
Berdasarkan corak
SENI KERAMIK
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos
yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran.
Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu
hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang
dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak
semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru
mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf,
1998:2).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan
termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai
adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat
ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh
karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan
diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit
elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat
sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan
juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat
rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik
dibanding kekuatan tariknya.
Klasifikasi keramik
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
1.
Keramik tradisional
Keramik
tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti
kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah
(dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri
(refractory).
2.
Keramik halus
Fine ceramics (keramik
modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical
ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau
logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen
pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis. (Joelianingsih,
2004)
3.
Sifat Keramik
Sifat yang umum dan mudah dilihat
secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini
dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah,
gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari
keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah,
walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis
keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.
sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang
terdiri dari tanah liat, flint, dan feldspar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik hasil rekayasa seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu
2000 C. Kekuatan tekan tinggi merupakan sifat yang membuat penelitian tentang
keramik terus berkembang.
SENI GRAFIS
Gunung Fuji, dari Tiga puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji), cukilan kayu berwarna karya Katsushika Hokusai
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan
karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di
atas kertas. Kecuali pada
teknik Monotype, prosesnya
mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut
dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain,
menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan
sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau
seng untuk engraving atau etsa; batu
digunakan untuk litografi; papan kayu
untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini.
Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan
sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah
edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi
nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
Media
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media
dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air,
cat air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut
dalam air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas
permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode digital
menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam
menciptakan karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu
litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing)
menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah kerangka,
disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan
menggunakan permukaan kentang atau ketela.
Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka
dengan banyak cara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil
kayu serta linocut -- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen
yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik
pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang
masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan
yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda kemudian diterapkan pada
tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata digunakan 3
sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan
tujuh plat. Tiap penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah
diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna.
Biasanya warna yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang
lebih gelap.
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai
dengan papan kayu atau lino yang kosong
atau dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut,
memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil
akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis
kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.
Konsep warna subtraktif yang juga
digunakan dalam cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe
Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang
warna lain.
Teknik
Tinjauan Umum
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar
sebagai berikut:
- Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
- Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;
- planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital
- stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.
Teknik lain
dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini adalah 'kolografi'
(teknik cetak menggunakan kolase), proses
digital termasuk giclée, medium fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.
Kebanyakan dari
teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang berada dalam kategori
sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt biasanya secara mudah disebut dengan
"etsa", tapi seringkali dipakai juga teknik engraving dan drypoint,
dan bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya sama sekali.
Cukil Kayu
Cukil kayu , adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang
dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan
sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai
di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di
atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu
kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk
proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman membuat skets
terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang kemudian ditransfer
ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan rancangannya ke
ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan
yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian
diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin
sedikit lembap, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui
alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap
warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Engraving
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari
engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi
karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras
yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam,
tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam
bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta
dibersihkan dari permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis
yang diukir. Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama
dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian
mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya
cetak.
Etsa
Etsa adalah bagian
dari kelompok teknik intaglio bersama dengan
engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya
adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg,
Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi
tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya
adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam
pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa
menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail
dan kontur halus. Garis bervariasi
dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada
etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan
tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup
dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut
dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut
lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam
akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak
terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses
pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.
Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat
logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar
dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari
gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan
bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya:
pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta,
menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur
dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk
mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680).
Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas,
untuk mereproduksi foto dan lukisan.
Aquatint
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint
menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa
digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat,
aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat
runcing, bukan dengan alat burin berbentuk "v". Sementara
garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint
meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis
yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan
alat press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk
jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk
mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan
bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan
permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan abad
limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua
karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master print
yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint
sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi
biasanya digabungkan etsa dan engraving.
Litografi
Litografi adalah teknik
yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari
pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan
berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur;
gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan
pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada
permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan
batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi,
air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar
berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke
seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya
menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembap
diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan
alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan
detail yang sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah foto-litografi, di mana
gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan dilakukan dengan
cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth
Cetak Saring
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi
menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula
seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang
dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil.
(Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya
dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil
ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau
kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan
tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen
diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan
stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
Cetak Digital
Cetak digital merujuk pada image/citra yang
diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light
pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada
bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik.
Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital
print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas,
perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan
sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya
direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan
printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian
ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau
Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan
hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan Wintergreen
oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni
grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and
Simulation.
SENI KRIYA
Seni kriya adalah karya seni yang
dibuat dengan keterampilan tangan (hand skill) dengan memperhatikan aspek
fungsional dan nilai seni sehingga Seni kriya termasuk dari karya senirupa terapan nusantara. Penciptaan
karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan
fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan
(kebutuhan emosional).
Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional.
Pengelompokan
Seni Kriya Nusantara
Seni Kriya Tradisional Klasik
(Hindu-Budha)
- Kaidah seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
- Mutu seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran falsafah hidup dan pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)
- Ciri-ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional sesuai dengan watak masyarakat, adab kehidupan, dan lingkungan alamnya
- Pembuatan dan jenis seni kriya tradisional ditentukan oleh bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.
Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
- Pada zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan jasmaniah.
- Kesadaran nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi lemah, baik yang klasik maupun kriya rakyat.
Fungsi
Seni Kriya
Fungsi seni kriya secara garis besar
terbagi atas tiga
golongan, yaitu sebagai berikut.
Hiasan (dekorasi)
Banyak produk seni kriya yang
berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan
segi rupa daripada segi fungsinya
sehingga bentuk bentuknya mengalami pengembangan. Misalnya,
karya seni ukir, hiasan dinding,
cinderamata, patung, dan lain-lain.
Benda Terapan (siap pakai)
Seni kriya yang sebenarnya adalah
seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya jenis ini
mempunyai fungsi sebagai benda yang
siap pakai, bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur
keindahannya. Misalnya, senjata,
keramik, furnitur, dan lain-lain.
Benda mainan
Di lingkungan sekitar sering kita
jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat permainan. Jenis produk
seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana, bahan yang digunakan
relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga relatif murah.
Misalnya, boneka, dakon, dan kipas kertas
Jenis-jenis
Seni Kriya
Berdasarkan dimensinya, jenis-jenis
seni kriya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Seni kriya dua dimensi
Karya seni kriya dua dimensi
meliputi sulaman, bordir, mozaik, kolase, batik, tenun, relief, dan hiasan
dinding.
2. Seni kriya tiga dimensi
Karya seni kriya tiga dimensi
meliputi sebagai berikut.
a. Kriya keramik
Kerajinan keramik menggunakan bahan
dasar tanah liat. Produk yang dihasilkan, misalnya vas bunga, guci, teko,
kendi, dan peralatan rumah tangga.
b. Kriya logam
Kerajinan logam menggunakan bahan jenis
logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga, aluminium, dan kuningan.
Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas dan perak, patung perunggu,
senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat musik gamelan. Sekarang
kerajinan logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.
c. Kriya kulit
Kulit banyak digunakan untuk membuat
berbagai benda kerajinan, seperti wayang kulit, tas, sepatu, jaket, dan alat
musik rebana.
d. Kriya kayu
Kayu banyak menghasilkan berbagai
benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur, patung, dan hiasan
ukir-ukiran.
e. Kriya anyaman
Kerajinan anyaman biasanya
menggunakan bahan dasar, seperti bambu, daun mendong, dan tali plastik untuk
membuat tempayan, topi, tutup nasi, tikar, dan gantungan pot tanaman.
Indonesia sangat kaya akan budaya
tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, salah satunya adalah
ukiran. Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian
cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun suatu gambar yang indah. Banyak
sekali daerah di Indonesia yang memiliki kerajinan seni ukir kayu. Dari jawa
misalnya ukiran kayu yang berasal dari Jepara. Dari pulau kalimantan contohnya
seni ukir suku Dayak. Daris sulawesi contohnya seni ukir Toraja, dari Papua
contohnya seni ukir pada suku Asmat. Setiap motif memiliki kekhasan tersendiri.
Dalam
setiap motif ukir tradisional selalu terdiri dari motif-motif sebagai berikut :
ü Daun pokok yaitu yang menjadi motif pokok dari keseluruhan
motif ukir kayu.
ü Angkup merupakan bentuk motif daun yang menelungkup pada
punggung daun pokok.
ü Simbar merupakan motif yang menghias bagian depan daun
pokok.
ü Endong merupakan motif hias yang menghias bagian belakang
(punggung) daun pokok.
ü Trubusan atau disebut juga tunas, yaitu motif tunas yang
muncul dari daun pokok. Trubusan berbentuk daun-daun kecil yang tumbuh di
sekitar daun pokok, juga bersifat pelengkap atau pengisi dari bidang-bidang
yang kosong
ü Pecahan merupakan motif berbentuk sobekan daun sehingga
membentuk karakter motif daun. Pecahan merupakan pemanis atau menambah luwesnya
bentuk daun yang sudah dipecahi.
ü Benangan merupakan motif garis yang terdapat dalam utama
yang berfungsi sebagai pelengkap motif berbentuk bidang. Benangan berbentuk
miring, dari bawah sampai ke atas berhenti pada ulir pokok.
Matif Ukir dari Jawa
Salah satu motif ukir yang berasal
dari pulau Jawa adalah motif Majapahit. Semua bentuk ukiran daun, bunga dan
buah berbentuk melengkung cembung dan cekung. Dengan kata lain motif Majapahit
mempunyai ciri-ciri secara umum mempunyai bentuk campuran antara yang cembung
dan cekung.
- Angkup. Angkup pada motif ini berbentuk cekung dan berikal. Bentuk ini terdapat pada bagian atas sedangkan pada ujung angkup terdapat ikal sebagai akhir dari angkup tersebut.
- Jambul Susun. Jambul Susun terletak pada muka daun pokok dengan pengulangan bentuk yang berkali-kali. Sesuai dengan namanya Jambul Susun ini bentuknya tersusun secara berulang-ulang di depan agak ke atas pada daun pokoknya.
- Daun Trubus, pada motif Majapahit trubus kebanyakan tumbuh di atas pada daun pokok. Trubus yang terdapat di atas ini jumlahnya juga mengalami pengulangan secara berkali-kali dengan jumlah yang tergolong banyak.
- Simbar, berbentuk seperti Simbar yang terdapat pada motif ukiran lainnya. Simbar juga berfungsi sebagai penambah keindahan saja. Bentuk ini memang bukanlah bentuk inti pada motif Majapahit. Simbar hanyalah sebagai pelengkap atau untuk sarana penunjang estetika. Biasanya terletak pada bagian pangkal depan dari daun pokok.
- Benangan, motif ini kadang-kadang mempunyai benangan rangkap di samping juga terdapat benangan garis. Benangan ini terdapat pada daun pokok bagian depan dimulai dari pangkal mengikuti alur lengkungan daun pokoknya menuju dan berakhir pada ulir/ukel.
- Pecahan, seperti halnya pada motif yang lain, pecahan pada motif Majapahit mempunyai dua jenis pecahan yaitu pecahan garis yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran. Sehingga bentuk Pecahan ini dapat menambah keindahan dan kecantikan pada ukiran.
Motif Ukir dari Bali
Motif Bali merupakan salah satu
jenis motif ukiran tradisional yang berkembang di Nusantara. Motif ini seperti
halnya motif tradisional yang lain, erat hubungannya dengan pemberian nama-nama
kerajaan yang terdapat pada wilayah tersebut.
- Angkup pada motif Bali seperti halnya pada motif lainnya, mempunyai bentuk yang berikal pada ujungnya.
- Sunggar ini hanya terdapat pada motif Bali saja. Bentuk sunggar ini tumbuh dari ujung ikal benangan pada daun pokok.
- Endong pada motif ini adalah daun yang tumbuh dibelakang daun pokok, seperti halnya ending yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit.
- Simbar pada motif Bali seperti yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit dengan bentuk yang khas pula. Simbar berada di depan pangkal daun pokok mengikuti bentuk alurnya, sehingga dapat membentuk keserasian secara keseluruhan pada motif ini.
- Daun Trubus yang tumbuh pada motif ini tumbuh pada bagian atas dari daun pokok melengkung merelung yang membentuk dengan indahnya.
- Benangan pada motif ini bentuknya khusus atau khas. Benangannya berbentuk cembung dan miring sebagian. Benangan ini tumbuh melingkar sampai pada ujung ikal.
- Pecahan ini seperti halnya pada motif-motif yang lain, mempunyai pecahan garis yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran, sehingga dapat menambah keserasian dan indahnya bentuk ukiran.
Motif Ukir dari Sulawesi
Salah
satu hasil ukiran yang menonjol dari Sulawesi adalah ukiran Toraja. Sebagai
hasil budaya, tiap- tiap motif ukiran Toraja merepresentasikan suatu benda dan
memiliki makna tertentu bagi kehidupan masyarakat setempat. Jika anda seorang
yang percaya akan kekuatan alam, tak ada salahnya anda mengetahui makna dibalik
tiap motif ukiran Toraja sebalum membelinya.
- Ne'Limbongan. Bentuk dasarnya adalah lingkaran yang dibatasi bujur sangkar. Motif ini menggambarkan keempat arah mata angin utama yang dipercaya sebagai sumber rejeki. Ne'Limbongan juga dipercaya sebagai pencipta ukiran Toraja.
- Pa'Barre Allo, dari kata "barre" yang berarti bundaran dan "allo" yang berarti matahari. Bentuknya utamanya adalah empat lingkaran di dalam bujur sangkar. Ukiran yang melambangkan kebesaran Toraja ini banyak ditemui di pucuk rumah-rumah adat Toraja.
- Pa'Kapuk Baka. Bentuk utamanya adalah 4 lingkaran yang saling berpotongan dan tersimpul dengan rumit. Dahulu ukiran ini dipakai sebagai tanda tempat penyimpanan harta. Simpul motif yang rumit dimaknai sebagai kesatuan keluarga yang tidak boleh tercerai berai demi kemakmuran.
- Pa'Tangkik Pantung I mengambil motif paku yang dipakai untuk memancang bambu. Ukiran motif ini merupakan lambang kebesaran para bangsawan. Motif bernama Pa'Tangkik Pantung II terdiri dari 4 lingkaran yang membentuk 2 angka 8. Motif ini mengandung pesan pentingnya persatuan.
- Pa'Kadang Pao berbentuk arsiran garis yang saling berhubungan. Selain melambangkan kerja sama, garis-garis lurusnya menggambarkan kejujuran dalam mencari rejeki. Pa' Sulan Sangbua terdiri dari garis-garis simetris saling bersilangan yang menggambarkan lipatan daun sirih. Motif ini melambangkan keanggunan di kalangan bangsawan.
- Pa'Bulu Landong. Motif ini berbentuk rangkaian garis melengkung yang dimaknai sebagai bulu ayam jantan (Landong=Ayam jantan). Motif ini melambangkan kejantanan, keperkasaan, dan kebijaksanaan. Sesuai dengan namanya yang berarti kerbau, motif Pa'Tedong menggambarkan kepala kerbau. Karena pentingnya kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja, motif ini dipercaya sebagai lambang kemakmuran.
- Motif Pa'Tanduk Re'pe bergambar garis-garis melengkung sejajar yang juga merepresentasikan kerbau. Karena menggambarkan tanduk, motif ini bermakna perjuangan hidup yang keras demi kesejahteraan dan status sosial.
Motif Ukir Minangkabau
Salah satu motif ukir dari pulau
Sumatera adalah dari Suatera barat, motif ukir terdapat pada bagian-bagian
rumah Gadang. Berikut ini beberapa motif ukir Minangkabau.
- Motif Lebah Bergayut. Motif mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
- Motif Itik Sekawan (Itik Pulang Petang) . Motif ini menggambarkan tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif Itik Pulang Petang atau Motif Itik Sekawan.
- Motif Kaluk Pakis (kaluk paku) . Motif ini merupakan gambaran pohon/tetumbuhan pakis/paku yang berkeluk-keluk atau meliuk-liuk, tak hanya diperuntukkan bagi kerajinan tekat maupun tenunan dan sejenisnya. Motif Kaluk Pakis/Paku lazim pula dipakai untuk ukiran bangunan dan ukiran benda-benda lainnya. Semua corak motif melayu disepadukan dengan cermat sehingga kelihatan serasi dan saling mengisi.
- Motif pucuk rebung. Motif ini melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar si pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.
- Selembayung. Selembayung adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak)
- Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan. Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.
- Singap/Bidai. Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilas. Pada bagian menjorok keluar di beri lantai yang disebut teban layar atau lantai alang buang atau disebu juga Undan- undan. Ref : http://baralekdi.blogspot.com/
Motif Ukir Kalimantan
Salah satu motif ukiran suku Dayak
Lundayeh disebut juga dengan masyarakat Lun Bawang Kalimantan Timur. Berikut
ini beberapa motif ukir dari Kalimantan.
- Motif ukiran Arit Linawa, motif Arit Pawad, biasanya digunakan sebagai ukiran pada Buluh atau Sarung Parang.
- Berbagai motif ukiran bunga, Pada zaman sekarang pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta lukisan properti kesenian, interior funitur, dll.
- Motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.
- Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau Pohotara merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading.
- Motif naga dari berbagai suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air).
- Motif anjing. Motif anjing ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Suku dayak membuat motif anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka berburu serta selalu setia kepada tuannya. Ref : http://vhya-sevhya.blogspot.com/
Motif Ukir Papua
Bagi suku Asmat, seni ukir kayu
adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah turun temurun menjadi suatu
kebudayaan yang bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan sudah ke
seluruh dunia. Bagi setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya kurang
lengkap apabila tidak mengenal atau membeli cenderamata karya ukir suku Asmat
dalam berbagai ukuran.
Ciri khas dari ukiran suku asmat
adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut
akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir suku Asmat
bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang menggemari
karya seni.
Dari segi model, ukiran suku Asmat
memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model manusia,
binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang. Suku
Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai
pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang
berburu dan lain-lain
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_grafis
http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
http://senibudaya-ind.blogspot.com/2014/01/karya-seni-kriya-nusantara.html
http://www.mikirbae.com/2015/01/motif-seni-ukir-nusantara.html
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tugas Seni Budaya ini dapat terselesaikan dengan tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan tugas ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan saran dari
semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesarnya kepada Guru pembimbing , teman-teman serta semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tugas ini dapat selesai
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada
gading yang tak retak, karena dalam penulisan ini mungkin masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi sempurnanya penulisan tugas tugas berikutnya
Wasalamualaikum Wr.Wb
Godong , 5 Juni 2015
(
…………………………. )
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
ISI
1. Batik................................................................................................ 1
2. Seni Keramik................................................................................... 4
3. Seni Grafis....................................................................................... 5
4. Seni Kriya........................................................................................ 9
5. Seni Ukir......................................................................................... 11
SUMBER PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar