BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Fitnah adalah suatu sipat yang tercela ,
suatu usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik seseorang, sehingga orang
yang tidak mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar. Sehingga opini
masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah
tersebut. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan .
Allah
berfirman pada surat AL-Baqarah
ayat 192-193
Artinya:”Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika
mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat
itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Dan perangilah
mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak
ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”( QS Al Baqarah : 192-193
)
Melalui makalah
yang saya susun ini akan dibahas secara lebih detail mengenai bahaya fitnah
dalam kehidupan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan
masalah masalah dari makalah ini adalah membahas segala sesuatu yang berkaitan
dengan devinisi dan bahaya fitnah.
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
Adapun tujuan yang ingin
dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Agama
Islam di kelas XI IPS 1 di MA MIFTAHUL
HUDA BRAKAS tahun ajaran 2014/2015.
2.
Untuk
mengetahui dalil tentang fitnah.
3.
Untuk
mengetahui tentang pendapat para ulama tentang fitnah
4.
Untuk
mengetahui devinisi fitnah
D.
METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan
data dilakukan dengan mengambil data melalui browsing dari internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DALIL TENTANG FITNAH
Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia)
dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan
mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan
berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak
henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari
agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad
di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS
Al-Baqarah 217)
“Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah
baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ” (Q.S. An-Nur 24:11)
B.
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG FITNAH
Makna
satu kata, Fitnah
Seringkali para
juru dakwah menyebut-nyebut kata fitnah, dalam berbagai bahasan. Seringkali
pula mereka beranggapan bahwa masyarakat Indonesia sudah begitu akrab dengan
kata tersebut, sehingga mereka pasti paham. Padahal sesungguhnya tidaklah
demikian. Berbagai realitas -termasuk yang saya dengar-, menunjukkan bahwa ada
kesalahpahaman besar seputar pemaknaan kata tersebut, di tengah masyarakat
kita, saat kata itu disebutkan oleh seorang juru dakwah. Pasalnya, kata
tersebut berbeda makna dalam bahasa kita, Indonesia, dibandingkan makna kata itu
di dalam bahasa Arab. Sementara kerap disampaikan para juru dakwah adalah makna
kata itu dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa
Indonesia, kata fitnah, seperti disebutkan dalam banyak kamus bahasa Indonesia
adalah: menuduh tanpa bukti. Dalam bahasa Arab, kata itu berarti buhtaan.
Seperti disebutkan dalam hadits tentnag ghibah, yang kesohor itu.
Sehingga,
ketika seorang juru dakwah mengatakan, “seorang pria muslim tidak boleh
berduaan dengan seorang wanita muslimah yang bukan muhrimnya, karena
dikhawatirkan terjadi fitnah….” kebanyakan masyarakat Indonesia akan
memahaminya.’…..khawatir mereka berdua akan difitnah. Yakni, dituduh berbuat
mesum dan sejenisnya.’ Padahal yang dimaksud juru dakwah tersebut,’….khawatir
akan terjadi bencana. Yakni bencana maksiat, mulai dari yang paling ringan,
hingga perzinaan.’
C.
DEVINISI FITNAH
1.
Pengertian
Fitnah dalam
bahasa Arab disebut
, Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kata Fitnah diartikan
sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan orang. Fitnah yaitu komunikasi
dengan satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif
atas suatu peristiwa yang dilakukan berdasarkan fakta palsu yang dapat
mempengaruhi penghormatan, wibawa atau reputasi. Fitnah juga diartikan sebagai
Kekufuran seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh:217, dan Kesesatan
seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Maidah: 41.
Maksud
Fitnah
Kata
"fitnah" asalnya diserap daripada bahasa Arab, dan pengertian asalnya
adalah "cobaan" atau "ujian". Maksud dan pengertian fitnah
jika diselak lebar al-Quran dan hadis adalah sebagaimana berikut.
1)
Kufur/Kafir
Firman Allah
Subhanahu Wata’ala yang bermkasud:
“Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah . Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (Al Baqarah: 217)
Firman-Nya lagi
yang bermaksud:
“Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim” (Al Baqarah: 193)
Kata fitnah
dalam ayat ini menurut para ulama tafsir adalah bermaksud ‘kekafiran’ atau
‘kemusyrikan’. Iaitu bahawa mereka itu menyebarkan kekafiran.
2) Bencana
Sabda nabi
Sallallhu alaihi Wasallam yang bermaksud:
“Apabila
datang (meminang) kepada kamu seorang pemuda yang kamu sukai agama dan
akhlaknya, maka kahwinkanlah dia dengan anak perempuan mu. Dikhuatiri akan
terjadi fitnah (bencana) dan kerosakan yang besar di muka bumi.”
Perkataan fitnah dalah hadis ini
memberikan maksud bencana atau musibah yang akan berlaku sekiranya perkahwinan
ditangguhkan. Ini kerana syarat pemuda soleh itu adalah sebaik-baik pilihan
untuk dijadikan suami kepada anak-anak perempuan.
3)
Konflik
Firman Allah
Subhanahu Wata’ala yang bermaksud:
“Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah…” (Ali Imran: 7)
Terdapat
sebagian orang Islam yang hanya menggunakan semata-mata penilaian mengikut
aspek rasional. Sengaja mencari penafsiran ayat melalui pendekatan logika akal
manusia yang terbatas semata-mata, sehingga melencong dari tafsiran yang tepat.
Tujuan mereka semata-mata menyebar fitnah, iaitu mencari konflik dan
perselisihan dengan sesama muslim.
Inilah
penjelasan kepada ayat ini yang dengan jelas menyebut perkatan fitnah. Ia
bermaksud menimbulkan konflik dan kekeliruan dalam masyarakat. Ia juga disebut
sebagai propaganda.
4)
Tipu
Firman Allah
Subhanahu Wata’ala yang bermaksud :
“Kemudian
tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah
kami mempersekutukan Allah”
(Al An’am: 23)
Fitnah yang dimaksud dalam ayat ini
adalah ucapan tipu dan dusta, untuk membela diri mereka di hadapan Allah.
Padahal Allah mengetahui hakikat mereka, dan apa yang tersembunyi dalam hati
mereka.
5)
Binasa
Firman Allah
Subhanahu Wata’ala: yang bermaksud:
“Di
antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.”
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya
Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (At Taubah: 49)
Dalam ayat ini
kaum munafik di masa Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam enggan menyertai
peperangangan kerana menganggap itu adalah suatu kebinasaan (fitnah). Padahal
sesungguhnya mereka telah berada dalam kebinasaan dengan sifat munafik. Iaitu
kebinasaan diri mereka di akhirat kelak dengan balasan neraka yang paling
bawah.
6)
Gangguan
Firman Allah
Subhanahu Wata’ala: yang bermaksud:
“Dan di antara manusia ada orang
yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia
beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah (gangguan) manusia itu sebagai azab
Allah . Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan
berkata: “Sesungguhnya kami adalah bersamamu”. Bukankah Allah lebih mengetahui
apa yang ada dalam dada semua manusia?” (Al Ankabut: 10)
Dalam ayat ini, kata fitnah membawa
maksud ganguan. Inilah sifat biasa manusia yang menganggap ujian Allah dalam
bentuk gangguan manusia sebagai azab.
2.
Sifat
dan Karakteristik
Inilah gambaran
orang yang suka memfitnah (mengadu domba) : Pengecut dan curang. Orang yang
suka memfitnah tidak mampu bersaing secara sehat.
-
Pendusta.
Dusta/bohong menjadi menu utama dalam aksinya untuk memfitnah dan mengadu domba
orang lain.
-
Hidup
dan kehidupannya dihantui oleh prasangka buruk.
-
Suka
memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain. Dia asyik sekali membongkar
rahasia, keburukan dan kebusukan seseorang, ketika orang itu tidak ada. Dan
ketika orang itu datang, maka pembicaraan pun berhenti dengan sendirinya,
kemudian berganti dengan memuji dan menyanjung. Ini adalah perbuatan hina dan
jijik.
-
Iri,
dengki dan sombong selalu menempel di hatinya, bahkan menjadi darah daging.
Ketika dia merasa gagal, iri dan dengki yang muncul. Namun, ketika memperoleh
kesuksesan, dia sombong dan hidup melampaui batas.
-
Hubbuddunya
(lebih cinta kepada gemerlap duniawi daripada cinta kepada Allah)
-
Aqidahnya
telah rusak, karena lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Allah. Dia
rela memfitnah dan mengadu domba orang lain agar posisi dan jabatannya aman.
Yang terpenting baginya adalah uang dan jabatan. Dengan kata lain, orang yang
suka mengadu domba adalah penjilat bermuka dua.
-
Kufur
ni'mat. Orang yang suka memfitnah adalah orang yang tidak bersyukur atas ni'mat
Allah. Karena akal, hati dan raganya digunakan untuk merugikan orang lain.
-
Menghalalkan
segala cara untuk kepentingan pribadi. Hatinya terdorong untuk mengeruk
keuntungan dengan jalan pintas. Bahkan tega mengorbankan sahabat dan kelompok
seperjuangan.
-
Orang
yang suka memfitnah dan mengadu domba berpotensi menjadi pengkhianat.
3. Menghindari
Akhlak Tercela (Fitnah)
Untuk
menghindari fitnah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan.
1) Jangan reaktif, jangan merespon
dengan cepat berita-berita yang masih berkategori “katanya...”. Reaktif tidak
diperlukan dan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena sikap reaktif cenderung
lebih tergesa-gesa. Ada ungkapan al khabar kal ghabar (berita itu seperti debu)
melayang ke mana-mana dan tidak bertuan.
2) Pastikan bahwa berita itu ada
pembawanya. Sumber berita adalah penentu kebenaran berita itu sendiri,
terkadang berita dari satu tempat ke tempat lain sudah tidak akurat dan banyak
dibumbuhi atau di sisipi berita lain.
3) Tabayyun. Perjelas lagi berita itu
kepada sumber aslinya. Inilah yang di ingatkan oleh QS: al Hujurat:6
"Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
4) Jika memang apa yang diberitakan itu
benar terjadi tetapi tidak kita inginkan selesaikan dengan cara dewasa dan
penuh kesadaran serta kasih sayang antar sesama.
Apa yang dapat
kita lakukan sebagai upaya membentengi hati dari fitnah (adu domba) dan
memeranginya :
-
Mulailah
segala aktivitas dengan niat yang benar, yang baik dan tulus hanya untuk
mendapatkan ridho Allah.
-
Mintalah
ridho dan restu orangtua, mintalah kepada orangtua untuk mendoakan agar kita
selamat.
-
Berpikir
positif (husnuzhon). Jangan memandang / menilai seseorang dari sisi negatifnya.
saja.
-
Perbanyaklah
mengingat Allah (zikrullah), karena zikir kepada Allah dapat melembutkan hati
dan menyehatkan akal.
-
Hati-hati
dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima informasi/berita. Gunakan akal
sehat dan hati yang sholeh untuk menganalisa dan menemukan kebenaran dari
setiap informasi/berita. Jangan lupa untuk memohon petunjuk dari Allah dengan
sholat istikhoroh.
-
Hati-hati
terhadap kesenangan dunia, jabatan dan kedudukan.
-
Hati-hati
dalam mengemban amanah. Laksanakan amanah dengan mengedepankan kejujuran dan
penuh tanggungjawab.
-
Jika
cinta Islam, maka ikuti aturan Islam. Perdalamlah ilmu agama dengan rajin
mengikuti majelis ilmu atau pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dalam hidup
dan kehidupan sehari-hari.
-
Amar
Ma'ruf Nahi Mungkar. Jangan pernah membenci manusia, karena benci kepada
ciptaan Allah berarti benci kepada Allah. Bencilah kepada perilakunya yang
negatif. Selalu mengajak sahabat-sahabat kita untuk berbuat baik dan
mengingatkannya jika berbuat kemunkaran dan maksiat.
-
Senantiasa
bersyukur kepada Allah. Rajinlah bershodaqoh kepada fakir miskin dan anak
yatim, sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah.
4. Nilai
Negatif dari Fitnah
Keutuhan
masyarakat tercipta apabila anggota-anggotaynya saling mempercayai dan
kasih-mengasihi. Ini mengharuskan masing-masing anggota mengenal yang lain
sebagai manusia yang baik, bahkan menganggapnya tidak memiliki keburukan.
Dengan menggunjing, keburukan orang lain ditonjlkan, rasa percaya dari kasih
itu sirna. Ketika itu benih perpecahan tertanam. Menggunjing apalagi memfitnah
seseorang , berarti merusak keutuhan masyarakat satu demi satu, sehingga pada
akhirnya meruntuhkan bangunan masyarakat.
Orang yang
memfitnah dan menggunjing berarti menunjukkan kelemahan dan kemiskinannya
sendiri. Seandainya kuat dalam argumentasi, tentu tidak perlu mengada-ada.
Apabila tidak miskin dalam pengetahuan, mestinya tidak perlu menjadikan
keburukan orang seagai bahan pembicaraan, masih banyak bahan pembicaraan yang
lain.
Suatu ketika Nabi
Isa as., bersama murid-muridnya menemukan bangkai binatang yang telah membusuk.
Para murid beliau berkata,”Alangkah busuk bau bangkai ini.” Mendengar hal itu,
Nabi isa as., mengarahkan mereka sambil berkata, “Lihatlah betapa putih
giginya.” Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus melihat
isi positif pada suatu yang negatif dan berusaha menemukan kebaikan dalam suatu
yang terliht buruk.
Selain itu,
apabila yang kita tuduhkan itu salah dan tidak terbukti, maka kita akan menjadi
orang yang dibenci masyarakat, sungguh merugikan. Naudzubillah.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka
dapat disimpulkan sbb :
Fitnah
merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Karena dampak yang ditimbulkan
selalu negatif, tidak akan pernah positif. Luka yang digoreskan/ditusukkan oleh
fitnah lebih tajam daripada pedang. Kehancuran akibat fitnah lebih dahsyat
daripada bombardir senjata rudal. Fitnah dapat merusak tali silaturahim,
merusak persatuan dan kesatuan, merugikan/mencelakakan/menyengsarakan orang
lain, bahkan dapat menghancurkan Islam, mengotori perjuangan.
Jadi, Fitnah
dan adu domba merupakan bentuk kezholiman, yang ditegakkan atas tiga perkara
yaitu berpondasi pada kedustaan, kedengkian sebagai alasnya dan kemunafikan
sebagai atapnya. Orang yang suka memfitnah dan mengadu domba berjalan dengan
baju kesombongan, mengikuti kehendak hawa nafsu dan bujukan syetan. Otaknya
dikotori dengan prasangka buruk. Hatinya beku, sulit menerima kebenaran, merasa
dirinya paling benar dan paling berjasa sehingga merasa tidak enak dan cemburu
ketika orang lain mendapat kesuksesan. Kebahagiannya di atas penderitaan orang
lain. Kehidupannya terlena dengan tipu daya syetan. Aqidah dan idealismenya
dijual hanya untuk memperoleh kesenangan dunia. Ingatlah, Rasulullah SAW
bersabda, "Aku tidak khawatir kalian miskin, tetapi aku khawatir (kalian
mendapatkan) dunia (lalu) kalian bersaing dalam urusan dunia itu." (HR.
Ahmad)
Kita harus
waspada dan hati-hati terhadap fitnah dan adu domba, juga terhadap orang yang suka
memfitnah dan mengadu domba. Karena mereka tergolong orang yang munafik, kufur
ni'mat dan berpotensi menjadi pengkhianat.
Pada zaman
sekarang sudah banyak orang yang saling tuduh menuduh dan saling mengadu domba
pada setiap masalah yang sedang terjadi. Hal seperti ini banyak terjadi
dikalangan masyarakat yang rasa kekeluargaannya sudah mulai pudar, selain itu
juga banyak terjadi di kalangan pemerintahan. Di kalangan pemerintahan, banyak
sekali dugaan yang belum tentu benar adanya mengenai masalah amanah dan tugas
yang diemban. Seperti tuduhan korupsi, tuduhan penggelapan uang dan lain-lain.
Jika di
masyarakat umum, fitnah yang terjadi kebanyakan disebabkan ke-iri hatian
seseorang terhadap orang lain. Contohnya
ketika salah seorang diantara tetangga ada yang membeli mobil baru, tetangga
yang lain menuduh yang bukan-bukan, karena nyatanya dia tak mampu menjadi
seperti tetangganya. Sehingga menyebabkan perpecahan terjadi diantara keduanya.
B.
SARAN
Demikianlah
makalah yang kami buat ini, mudah –
mudahan apa yang kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita
semua untuk lebih mengenal mengenai FITNAH . Kami menyadari apa yang kami
paparkan dalam makalah ini tentu masih
belum sesuai apa yang di harapkan
dengan ini saya berharap masukan yang
lebih banyak lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://nidaluthfiyani.blogspot.com/2012/03/makalah-fitnah.html
(Diunduh
hari minggu , 15 Pebruari 2015)
https://fijarpujadi.wordpress.com/2010/06/11/%E2%80%9C-fitnah-dan-gibah%E2%80%9D/
(Diunduh
hari minggu , 15 Pebruari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar